Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Kamis, 28 Mei 2015

'KODE' Dari Tuhan

Mungkin tidak asing bagi kita yang hidup dijaman yg serba cepat dan serba keras ini mendengar keluhan orang tentang 'hidup ini tidak adil'  atau mungkin kita sendiri pernah mengeluhkan hal itu. Kadang kita sering berdoa disaat kita sedang berda dibawah. Dan menggerutu tentang hal itu, dan saat doa tak terkabul kita sering mempersalahkan tuhan, apa benar tuhan yg salah?
mari kita ralat pemikiran tersebut, agar tidak salah paham dengan hidup.
Kawan, yakin lah Allah selalu ngasih petunjuk buat kita, tapi yg perlu kita tanyakan sudah 'peka'  kah kita?
Allah memberikan kita pelajaran dari mana saja, kadang bisa saja dari seorang nenek tua yg masih mmpu untuk mengis bekas botol atau sampah plastik. Kelihatannya sepele kawan tapi kalau kita 'peka'  ada pelajaran besar yg kita ambil. Dari mana nenek itu mendapatkan kekuatan dan keteguhan hati yg begitu besar selain dari allah. Apakah kita tidak malu dengan nenek itu yg dalam diam dia berkeliling mencari sampah tanpa kenal lelah, dengan hasil yg tak seberapa dan tak menentu. Siapa yg sebenarnya lebih pantas untuk mengeluh hidup itu tak adil? Apakah kita? Yg masih mampu berdiri tegak, bertenaga lebih.
Lebih 'peka'  lah kawan hidup ini banyak pelajaran yg bisa datang dari mana saja. Kita hanya perlu melatih sensitifitas hati kita dan lebih banyak untuk mengucapkan syukur di dalam setiap langkah kita. Allah maha baik dengan semua yang diberikan kepada kita secara cuma-cuma.
Tanda iman adalah rasa cukup dan manerima, walaupun serba pas-pasan.

-- 'Bersukurlah sekecil-kecilnya nikmat, hingga kita akan mendapat nikmat yg sebesar-besarnya' --


Pelajaran Diujung Malam

Malam itu selepas bel yg menandakan bahwa waktu ku yg dibeli perusahaan telah berakhir, setelah absen pulang, langsung kaki ini sekan hafal memuju jalan ke tempat parkir. Kunyalakan motor ku, seperti malam-malam biasanya aku mengantar dia untuk membeli makanan, namun hari itu ada yg berbeda ada seorang anak kecil seumuran sd kelas 4 yg berdiri dipojokan gang menuju kekontrakanku.
Hati kecil ini bergeming ingin untuk bersedekah tapi setan selalu menggoda dengan isi dompet yg tinggl 15ribu saja. Pikiranku mulai bertabraan antara logika yg mengatakan manamungkin cukup uang 15ribu untuk 3hari, dan perasaan yg betbisik yertidih logika yg ingin membantu sesama, hingga aku tiba di kamar kecil ku. Ku putuskan untuk menyisihkan 5ribu yg ku punya untuk hal itu, dalam pikirku 10ribu cukup untuk menghidupiku 3hari ke depan dengan bantuan Allah, sambil ku longok isi kantong berasku yg ku kira cukup memenuhi perutku 3hari ke depan, ya 3 gelas beras, cukup.
Buat aku hidup survive dengan keadaan kekurangan ditanah orang bukan hal baru.
Lalu ku ganti pakaianku dengan pakaian 'gembel' ku, kaos oblong, celana pendek bola, dan jaket levis lusuh nan robek yg sudah menemaniku selama 4 tahun belakangan. Ku langkahkan kakh menuju gang dimana anak tadi berdiri, aku kaget anak itu kemana? Mataku modar mandir mencari gambaran anak tadi, dan aku menangkap pristiwa yg membuat aku merinding.
Anak itu sedang meminum jus bersama ibunya yg berpakaian sopan plus krudungnya yg membawa karung berisi barang yg tak terpakai. Subhanallah, ternyata masih ada orang yg bangun mengais riski Allah di malam yg telah larut.
Aku ingin mendekati tapi takut merusak kebahagian mereka yg ku tertangkap oleh mata berupa obrolan dengan senyum tanpa suara. Anak itu berjalan ke arah aku jongkok sedari tadi dan memberikan senyum yg aku balas, ingin aku berbincang dengannya namun dia berlalu hingga bayangnya tak tertangkap mataku. Ku alihkan pandangan menuju sang ibu yg berjalan berlawanan yg berjalan berlawanan sambil menengok dan mengorek isi bak sampah. Belum sempat ku menegur ibu itu pun berlalu. Rasa hati sangat menyesal kenapa tak kuberikan saja tadi uang ini, setelah penyesalan itu, anganku tertarik jauh kepada sosok mama dirumah yg biasanya masih terjaga untuk sekedar menempelkan kancing baju dagangan ayahanda.
Sungguh aku ingin menangis jika membayangkan malam itu mamaku yg ada diposisi itu. Aku yg selama ini merasa selalu mengeluh kepada tuhan malu bukan kepayang melihat senyum yg masih tergurat cantik di bibir mereka dengan beban seberat ini. Sontak aku berdiri dan berkata dalam hati 'semoga walau hanya 5ribu tapi bisa menjadi riski' aku menyusuri jalan hingga pertigaan namun aku terlambat ibu itu sudah pergi entah kemana, lalu aku berbalik arah dan berjalan ke arah anak tadi, namun dia juga tak ada, hingga aku menuju tempat jongkokku tadi dan melihat 5 karung penuh rongsokan, dalam benakku alhamdulillah mungkin aku dapat bertemu mereka lagi. Aku jongkok lg dan menunggu mereka, beberapa orang yg ku kenal menyapa dan bertanya 'lagi ngapain?' aku jawab saja 'sedang menunggu orang' merekapun berlalu dan jam hp ku menunjukan pukul 2 pagi, kemana mereka hampir 1 setengah jam aku jongkok dan menunggu.
Akhirnya aku berpikir 'sudahlah mungkin belum rezekiku memberi mereka, atau allah memanjakanku dengan uang yg masih bisa menghidupiku' namun Allah sungguh tau dan mengindahkan hambanya yg ingin berbuat baik saat aku berbalik menuju gang ibu tadi sudah ada sedang menata yg ia dapat pagi itu. Aku sempat ragu dan berlalu membelakanginya karna malu dengan nominal, namun aku berbalik lagi karena hati berbisik 'bukan masalah besarnya, tapi kerelaanmu' aku langsung berbalik dan menghampiri ibu itu, sesampainya dihadapan ibu itu aku menyapa 'bu' ibu itu membalas dengan senyum, belum sempat menjawab langsung ku jabat tangannya dan berkata 'ini buat ibu' tanpa melihat ibu itu tersenyum dan berkata 'terimakasih mas'
Aku pun berlalu untuk menutup hariku.

Kawan, maaf apabila tulisanku menyinggung dan tidak mengenakan hati. Tapi sungguh aku hanya manusia yg tak luput dari salah. Aku hanya ingin berbagi cerita positif, dari hal yg sekecil itu setidaknya aku mendapat banyak pelajaran dari Allah
Yg pertama, hidup dalam tekanan yg besar membuat kita sering putus asa, tapi sudahkah kita melihat ada orang yg lebih berat bebannya namun tetap sopan dan bahagia menjalaninya. Ayo renungkan kawan.
Ke dua kebahagiaan sejatinya bukanlah ada pada besaran materi namun bagaimana kita bersukur, kasih ibu memang tak ada batasnya bahkan rela disaat yg lain menutup hari dan beristirahat dia rela mengais nikmat allah. Ibu kita tidak terlalu butuh besaran uang yg kita kirim, ia hanya ingin melihat anaknya bahagia seperti layaknya anak-anak lain, sungguh ibu sebenarnya tak rela anaknya dihinakan keadaan, doanya lah yg selalu dipanjatkan Untuk sang anak yg ingin dilihatnya tersenyum, ingin rasa saat ini juga aku memeluk ibuku namun aku jauh di tanah rantau, sayangilah keluarga kita, terutam ibu, sungguh tak ada ruginya bahkan Allah sangat menyayangi anak-anak yg berbakti kepada orang tuanya.
"Mama aku sayang mama"
Ke tiga, berbagilah kawan meski kita dalam kekurangan, tak seberapa nominal yg kita berikan, ikhlaslah jangan malu dengan nominal, jangan takut kekurangan Allah tak akan ingkar janji.
Terakhir, pekalah pada lingkungan betapa maha luas pelajaran yg allah berikan. Gratis tak perlu biaya mahal, langsung Allah yg menjadi dosen, dengan presentasi nyata di depan mata, latihlah hati kita mencerna setiap pelajaran yg Allah berkan secara cuma-cuma. Jadilah mahasiswa Allah raih beasiswa bertemu dengannya.
Belajar tak harus didepan papan tulis, presentasi tuhan jauh lebihnya kalau hati kita terbuka.
Ayo berdoa dan yakin allah akan mengkabul doa kita
'ya allah, maafkan kami yg telah lalai dalam dunia, sayangilah orang tua kami layaknya mereka mengasuh kami dari kecil, kuatkan hati kami untuk selalu merindukan kasih sayang itu, ya allah sungguh aku ingin membahagiakan kedua orang tua kami, janganlah engkau persulit itu. Ya allah buka hati kami yg masih terbelenggu dunia, indahkan hati kami untuk selalu berbagi sekecil apapun itu, semoga apa yg kami bagi bermanfaat dan mendatangkan rizki bagi mereka, ya allah pekakanlah hati kami dalam menerima ilmumu, sungguh kami ingin belajar lebih banyak dari engkau, lapangkanlah ilmu mu ya allah buat kami menjadi mahasiswa-mahasiswa mu yg engkau cerdaskan, bagi kami yg belum beruntung menuju jenjang selanjutnya, mudahkanlah kami menggapainya, hamba tau engkau tak akan tega melihat hambanya menangis ingin menimba ilmu, Semoga engkau lah yg menuntun kami membiayai study yg kami inginkan, aamiin...


Selasa, 14 April 2015

AKU MAUNYA KAMU

Aku maunya kamu yg kelak jadi pendampingku.
Aku maunya kamu yg ada di setiap keluh kesahku.
Aku maunya kamu yg ada di setiap bahagiaku.
Aku maunya kamu yg kelak aku gandeng tangannya.
Aku maunya kamu orang yg aku liat di setiap bangunku.
Aku maunya kamu yg saat aku membuka jendela km masih terjaga.
Aku maunya kamu yg kelak memeluku dari belakang saat aku melihat sinar matahari.
Aku maunya kamu yg berlari bersamaku dipantai pagi itu.
Aku maunya kamu yg ada dibelakang shaf ku.
Aku maunya kamu yg mengamini semua doa baikku.
Aku maunya kamu yg kelak membuat kopi untuk ku.
Aku maunya kamu yg menjadi ibu dari anak-anakku.
Aku maunya kamu yg mengajari setiap ilmu buah hati kita.
Aku maunya kamu yg memiliki surga ditelapak kakinya untuk anak-anak kita.
Aku maunya kamu yg kelak menegurku saat aku lalai.
Aku maunya kamu, hanya kamu yg halal bagiku.
Aku maunya kamu yg tenangin aku saat risauku.
Aku maunya kamu yg memeluku saat aku lelah.
Aku maunya kamu yg kelak disurga bersamaku.
Aku maunya kamu.

Kamu tau gelar yg aku pengin? Gelar sajadah kamu dibelakangku dan mengikuti semua gerakan solatku. :)


SUDAH MANFAATKAH HIDUP KITA?

SUDAH MANFAATKAH HIDUP KITA?
Dari air suci yang bercampur dengan sel telur ibu, kemudian menjadi sebuah daging yg kemudian diberi ruh oleh sang pencipta namun masih didalam rahim. Kemudian kita terlahir kedunia dalam keadaan suci pula, kita terus beranjak menjadi anak-anak, dan akirnya kita beranjak remaja dengan mulai mengenal dunia luar dengan sesungguhnya. Dari kita memasuki awal masa belajar, hingga kita tuntaskan masa belajar formal kita, dan mulai menjajaki dunia kerja dimana kita mulai mengenal sesungguhnya realita hidup itu, mulai dari kita hidup dari sendiri, dan mulai menyongsong hidup kita kedepan.
Mulai menjajaki hidup dengan pilihan langkah yang kita ambil, mulai benar-benar tahu karaktetistik dunia. Kemudian kita menikah, mempunyai keluarga impian kita bersama orang yang kita cintai, mulai menapak keluarga, membimbing anak kita dan keluarga kita, kita mulai kehilangan sedikit tenaga,reflek,dan kesehatan kita, hingga akhirnya kita mulai merasa sangat renta, hingga menutup usia kelak.

Hidup tetasa sangat cepat bukan?
Namun apakah yang kita lakukan sudah bermanfaat bagi sekitar kita? tunggu dulu, minimal untuk kita sendiri saja dulu, apakah dua tangan kita sudah bermanfaat? Apakah dua kaki kita sudah digunakan untuk hal yang bermanfaat? Bagai mana dengan semau indera kita? Bukankah semua yang kita miliki akan dimintai pertanggun jawaban kita dihadapan Allah SWT ? Mungkin kita lalai akan itu, namun kita sesungguhnya mampu, namun terkadang kita tak mau melakukannya, atau kita tak sadar akan hal itu, mulai sekarang maanfaatkanlah yang kita punya untuk sesuatu yang bermanfaat pula.

Saya mempunyai sebuah cerita, mungkin kita tak sadar dengan hal sekecil ini.
Dulu ada seorang pedagang gorengan, dia di datang seorang anak kecil yang datang di samping gerobagnya, namun anak itu tidak terperhatikan oleh sang penjual, hari pertama hari ke dua sampai hari ke lima beliau masih tak memperhatikan anak itu, hingga dia mengangkat satu kaki dan menggigit jari manisnya layaknya anak yg ingin sesuatu untuk menarik perhatian sang penjual hingga sang penjualpun tersadar dia ada diposisi itu. Namun dagangannya sangat laku dan yang tersisa hanya ujung singkong yang rasanya mungkin pait dan tidak enak namun dia menggorengnya dan diberikanlah kepada anak tersebut, anak itupun merasa sangat bahagia dan hari-hari kemudian kejadian itupun berlangsung, hingga suatu saat anak itu tak pernah muncul kembali, singkat cerita sebuah mobil mewah lewat di jalan tempat sang penjual berdagang dan mobil itu berhenti dan turunlah seorang anak muda yg tampan dan rapih menghampiri sang penjual tersebut dan dia ingin membeli ujung singkong tapi sang penjual bilang ujung singkong itu tidak untuk dijual, namun sang pemuda itu ngotot untuk membeli buntut singkong, hingga pemuda itu berkata bapak ga mengenal saya? Penjual gorengan itu menggelengkan kepala tanda tidak tau, hingga sang pemuda itu melakukan gerakan mengangkat kaki dan menggigit jarinya, hingga sang penjual mengerti dan dia menangis meminta maaf karena dia hanya dapat memberi ujung singkong, namun pemuda itu malah sangat bertrimakasih, dan berkata hal yg bapak berikan itu membuat hidup saya seperti sekarang ini, dan dia pun membalas kebaikan sang penjual dengan berkali-kali lipat dari yang dia berikan kepada sang pemuda

Jadi hikmahnya adalah bagaimana, kita dengan memanfaatkan hidup kita insya allah ada hal baik yang akan kita dapat walaupun tidak saat ini allah pasti akan membalasnya kelak.